Piala dunia sepak bola sudah lama berakhir. Pesta bola Qatar 2022 menyisakan kenangan yang tak terlupakan. Kejutan demi kejutan tersaji di negara penghasil minyak. Meskipun Argentina menyandang juara, tapi tidak pernah membantu mengangkat perekonomian negaranya.
Orde empat tahun berputar, bermunculan bintang lapangan. Empat tahun menanti, jawara selalu berganti. Empat tahun menunggu, selalu ada tawa dan haru. Boleh saja pemain selalu berganti. Namun taktik dalam mengocek bola selalu abadi.
Tahun 1950, Swiss mengejutkan lawan-lawannya. Mereka memainkan Verrou yang berarti mengunci. Tujuan utamanya adalah menunci gawang dan mencetak gol. Karl Rappan, sang pencetus menginstruksikan kepada pemain agar 6 – 7 striker mengepung gawang lawan. Model Verrou, sekarang mungkin sudah ditinggalkan, bahkan oleh tim Swiss sendiri.
Beruntung Italia pernah memiliki manajer Helenio Herrera yang menciptakan Catenaccio yang merupakan konstruksi ulang tari taktik Verrou. Catenaccio sendiri artinya kunci atau gerendel. Catenaccio secara harfiah adalah strategi permainan dengan pertahanan yang terorganisir dan efektif agar lawan kesulitan menyerang atau mencetak gol.
Herrera adalah otak di balik lahirnya La Grande Inter, generasi hebat Inter Milan yang berhasil menguasai sepak bola Italia dan Eropa pada era 1960-an. Menukangi Inter Milan pada periode 1960-1968, Herrera sukses membawa klub berjulukan I Nerazzurri itu memenangi tiga scudetti (bentuk jamak dari scudetto).
Kick and Rush. Ramuan ini diciptakan oleh Charles Reep. Permainannya cukup sederhana tapi membutuhkan tenaga yang prima. Bola cukup melambung ke depan. Sedapat mungkin mencapai depan gawang lawan. Dari situ bola diperebutkan, dan diburu. Kick and Rush memiliki makna lari dan tending. Sistem ini tidak bergantung pada formasi apapun.
Rasanya tak lengkap kalau tidak menampilkan Total Football. Strategi ini pernah menghempaskan kesebelasan Uni Sovyet pada partai final piala Eropa, dan menjadikan Belanda sebagai kampium. Taktik yang digambarkan sebagai memperluas dan mempersempit lapangan. Memperluas lapangan saat bola berada di tim sendiri dan mempersempit lapangan saat bola berada di tim lawan. Dalam taktik ini, formasi 4-3-3 diterapkan. Adonan yang diciptakan oleh Rinus Michel ini sangat ampuh di era tahun tujuh puluhan.
Lagi-lagi orang Belanda yang berhasil meracik strategi bermain bola. Johan Cruyff yang merupakan anak biologis Rinus Michles dalam bermain bola, berhasil membuat racikan bermain sepak bola menghibur. Tiki Taka demikian sebutannya. Taktik ini menekankan pada passing konstan antar pemain. Tujuannya adalah untuk mengintimidasi dan melemahkan semangat lawan. Formasi 4-3-4 rupanya sangat jitu untuk mengalihakan perhatian lawan, dan membuka gawang lebih lebar.
Akhirnya kita tidak mungkin melupakan Tim Brasil. Tim yang berjuluk Selecao yang artinya orang terpilih, telah berhasil meraih jawara sepak bola lima kali. Selain Selecao, Barisl juga dilabeli Tim Samba. Tari samba adalah khas Brasil. Membutuhkan kekuatan fisik untuk menari Samba.
Adalah Waldemar Debrito, yang ikut andil bagian dalam menciptakan Selecao. Meskipun sempat terdepak dalam tim Nasional Brasil, karena gagal mengeksekusi tendangan finalti ke gawang Spanyol, namun beliau yang menggetarkan dunia sepak bola dengan memunculkan Pele.
Musuh abadi Brasil adalah tim Argentina. Kesebelasan ini dijuluki Tanggo nama tarian khas Argentina. Tarian tanggo merupakan gerak yang dimainkan berpasangan, laki dan perempuan. Di Amerika Latin, mungkin hanya dua kesebelasan itulah yang superior. Mario Kempes, Diego Maradona, dan Lionel Messi merupakan punggawa dan komandan tim Argentina dalam meraih juara dunia. Meski sebelum era Messi belum berhasil mendapatkan juara dunia, namun Argentina merupakan kesebelasan idaman. Terbukti, setiap kali ada perhelatan piala dunia, tidak sedikit yang menjagokan Argentina