Komunikasi dalam Keluarga

Komunikasi dalam keluarga ibarat sebuah jantung dalam tubuh manusia. Jantung berfungsi mengalirkan darah ke seluruh raga. Darah mengalirkan energi untuk kehidupan. Seberapa sehat keadaan keluarga, dapat diukur dari berapa sehatnya komunikasi dalam keluarga itu. Karena komunikasi merupakan ungkapan seseorang kepada orang lain. Baik dengan kata maupun gestur tubuh.

Keluarga, terdiri dari seorang ayah, ibu dan beberapa anak, yang membentuk koloni. Masing-masing memiliki karakter dan harapan. Setiap individu ingin merasa nyaman. Keinginan itu tentu harus dikomunikasikan dalam keluarga tersebut. Diperolehnya apa yang menjadi harapan setiap individu dalam keluarga, akan menambah kebahagiaan. Itulah tujuan hakiki dari setiap anggota keluarga.

Komunikasi yang baik antar anggota akan menciptakan iklim rumah tangga yang positif sehingga orang tua dan anak merasa nyaman. Merasa betah di rumah. Keluargaku surgaku. Komunikasi yang kurang efektif akan menyebabkan disfungsi keharmonisan keluarga. Inilah awal dari disharmonisasi. Anak tidak merasa happy di rumah. Karena itu, komunikasi keluarga menjadi penting, misalnya mau saling mendengar, saling memahami dari sudut pandang masing-masing, dan mau menerima perbedaan.

Dibutuhkan startegi dan cara-cara agar komunikasi tetap mengalir. Pertama, dengan cara konvensional. Menyediakan waktu-waktu tertentu, supaya semua anggota keluarga berkumpul dan berbicara. Saling menyapa satu dengan yang lain. Biasanya, yang tepat saat makan malam. Jika waktu itupun sulit, karena kesibukan masing-masing anggota keluarga, cobalah seminggu sekali.

Metode kedua, secara personal. Tidak ada salahnya, suami mengajak ngobrol berdua dengan istri di tempat tertentu. Kamar tidur, teras, atau tempat yang terbilang punya catatan khusus. Dapat pula saat pertama kali bertemu, di tempat yang dahulu langganan janjian. Komunikasinya juga lebih bersifat pribadi.

Ayah mengajak berbincang dengan anaknya secara pribadi. Mulai dari pelajaran, cita-cita, atau bahkan calon pendamping hidup kelak. Atau sebaliknya, sang anak ingin mendengarkan pengalaman Ibu saat disunting ayah. Bagaimana membangun sebuah rumah tangga. Cara-cara demikian dianggap sangat efektik untuk mendekatkan secara personal.

Pendekatan spiritual juga merupakan cara-cara komunikasi yang efisien. Sholat berjamaah di rumah, pengajian, komunitas tausiah, perjalanan umroh atau haji, atau komunitas keagamaan lainnya adalah sarana yang tepat untuk berkomunikasi. Komunikasi tak hanya horizontal. Hubungan dengan sang pencipta juga harus dilakukan secara intens, agar kita mengetahui jati diri kita masing-masing. Bahwa manusia tak mungkin hidup sendirian. Seseorang tak mungkin menang sendiri. Kebersamaan adalah jalan terbaik, dengan komunikasi dalam keluarga.