Kaldu yang Syahdu

Acapkali kaldu menjadi penentu kenikmatan suatu makanan. Lauk yang telah dipilih dari berbagai macam, menjadi hambar setelah diguyur kaldu yang tidak mendukungnya. Memang tampilan belum tentu mewakili rasa yang diinginkan. Beberapak kali kita merasakan terlalu manis, asin atau hambar tiada rasa. Disinilah sang penyaji harus pandai-pandai memadukan rasa kaldu dengan lauk lain.

Ibu rumah tangga yang baik, selalu memasak kaldu andai ada anggota keluarga yang sedang tidak sehat. Makanan ini cukup ampuh untuk mengembalikan stamina. Masakan yang berkuah ini juga memudahkan mendorong makanan agar cepat masuk kerongkongan.

Cuaca yang dingin seperti sekarang ini, kaldu berperan sebagai penggugah selera. Pilihan makanan berkuah sangat pas untuk menghangatkan tubuh. Dihidangkan diwaktu sore atau malam tetap saja terasa nikmat. Dipercaya bahwa citra rasa kaldu dapat membuat suasana menjadi rilek.

Beberapa hari selepas hari raya Idul Adha, sisa tulang menjadi pilihan untuk tidak melupakan makanan yang berkuah. Daging yang masih menempel di tulang, diyakini sebagai inti rasa kaldu. Apalagi sumsum yang tergeletak di kerongkongan tulang. Kata orang menambah ketebalan rasa. Kandungan asam amino dan mineral dari daging yeng larut di dalam air rebusan semakin menambah sensasi.

Sampai disini belum cukup, kalau hanya mengandalkan kuah saja. Kaldu baru terasa nikmat kalau ditaburi rempah yang pas. Ada banyak pilihan bumbu yang tersedia. Namun memetik langsung dari kebun, akan berbeda rasa originalitasnya. Biasanya, seorang ibu akan secara otomatis meracik bumbu sesuai pengalaman atau kebiasaan. Memasak kaldu disesuaikan dengan daging yang tersedia. Penikmat, hanya akan menambah garam, kecap atau penyedap lainnya untuk memantapkan rasa.

Kaldu, telah menapaki usia ratusan tahun. Kaum pendahulu kita memasak kaldu dari wadah tembikar keramik. Hampir setiap bangsa memiliki alat masakan tersebut. Di daerah Asia, tembikar telah ditemukan dua puluh ribu tahun yang lalu. Meski teknologinya sederhana, namun tembikar tetap dapat menunjukkan kebudayaan yang lebih maju.

Sekarang ini, panci menjadi pilihan untuk memasak kaldu dengan pertimbangan kepraktisan. Sop buntut dengan kacang merah adalah salah satu masakan yang juga mengandalkan cita rasa kaldu yang kaya. Sop buntut juga masih menjadi pilihan utama bila akan membeli makanan di pinggir jalan atau warung khusus. Pecinta kesegaran tak pernah melewatkan sop buntut.

Ikan Pallumara atau sup kepala ikan menjadi salah satu makanan khas Makassar dan sekitar Sulawesi selatan. Mereka memanfaatkan lautan yang luas sebagai sumber makanan. Bahkan, sup ini menjadi makanan pokok. Namun sekarang dimanfaatkan untuk wisata kuliner andalan, selain Coto Makasar, Konro, atau Es Pisang Ijo. Sup kepala ini masih bertumpu pada cita rasa gurih dari kaldu ikan.