Basyar, Insan dan An Nas

Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah. Dalam pandangan al-Qur’an, manusia memiliki keunikan sesuai dengan sebutannya. Allah sendiri menempatkan manusia dalam posisi yang tertinggi diantara makhluk yang lain.

Fazlur Rahman Ketika membahas hakikat manusia, Ia menyebutkan bahwa : Secara fisik manusia sama dengan makhluk lain, yaitu tunduk dan patuh pada tata aturan qadar dan hukum alam. Perbedaan manusia dengan makhluk lain terletak pada keistimewaan dan tanggung jawabnya. Keunikan dan keistimewaan manusia terletak pada Nurani dan akalnya yang mampu menundukkan alam. Sedangkan tanggung jawabnya terletak pada peran dan fungsinya sebagai khalifah pengemban amanah Allah.

Basyar, Insan dan An-Nas memiliki arti yang sama yaitu manusia. Namun ketiganya memiliki esensi yang berbeda. Basyar berarti manusia, namun lebih cenderung pada makhluk biologis. Manusia membutuhkan makan, minum, bekerja, istirahat, dan sebagainya. Rasulullah Muhammad s.a.w. menegaskan dalam surat al Kahfi (18): 110, Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku.

Nabi Muhammad s.a.w adalah seorang Rasulullah, utusan Allah. Beliau itu maksum, manusia terpilih, tak mungkin salah dalam urusan peribadatan. Namun beliau mengatakan bahwa (Aku ini manusia biasa sepertimu). Artinya, beliau memiliki sifat yang sama dalam hal fisik dengan manusia yang lain.

Kata Insan disebutkan sebanyak 65 kali dalam al-Qur’an. Insan juga berarti manusia. Insan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian. Pertama, ada kaitannya dengan khalifah atau pemikul amanat. Manusia dalam kelompok ini berbeda dengan makhluk lain. Dalam al-Qur’an manusia diberi keistimewaan yaitu ilmu. Ia diberi kemampuan untuk mengembangkan ilmu dan nalarnya.

Kelompok kedua adalah kecenderungan untuk berbuat negatif. Al-Qur’an sendiri menyebutkan beberapa sifat yang ada pada manusia seperti: zalim, bakhil, gelisah, bodoh, segan membantu, banyak mendebat, dan sebagainya. Sifat yang biasa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari ini disebabkan karena kurang mampu mengendalikan hawa nafsu.

Kelompok tiga yang sering dihubungkan dengan penciptaan manusia. Kecenderungan manusia untuk melakukan tindakan kurang terpuji. Dalam wacana sosiologi dikenal dengan perilaku menyimpang. Surat al Hajj (22): 66, menyebutkan bahwa: “Manusia itu benar-benar sangat mengingkari nikmat

An-Nas artinya manusia. Al Qur’an menyebut kata An-Nas sebanyak kurang lebih 240 kali. Demikian banyak sebutan An-nas dalam al Qur’an, karena penghargaan atas manusia bukan hanya sebagai makhluk pribadi, tetapi juga sebagai makhluk sosial.

Apabila ada seorang filosof mengatakan bahwa hidup manusia itu absurd, al Qur’an justru mengatakan sebaliknya. Hidup manusia itu adalah medan untuk membuktikan amal saleh. Islam mengajarkan bahwa hidup tidak hanya saat ini. Hidup, berjuang dan akhirnya mati. Islam menuturkan bahwa masih ada kehidupan yang kekal setelah kematian.

Dari paparan diatas, maka lengkaplah status manusia sebagai khalifah. Paling dasar adalah manusia sebagai makhluk biologis. Meningkat menjadi manusia psikologi yang melekat pada raganya. Terakhir manusia sebagai makhluk sosial. Hidupnya tergantung dari manusia lain. Manusia harus berinteraksi dengan yang lain agar dapat mengukur dirinya.

Bahan bacaan : Dakwah dalam Perspektif al-Qur’an karya Dr. H. Asep Muhiddin, MA