Menilai Pribadi Seseorang

Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (Attin 4 – 5)

Sudah menjadi kebiasaan apabila kita sedang bercengkerama dengan teman, hampir selalu tak lepas dari menilai seseorang. Mulai dari fisik hingga kepribadiannya. Teman kita masih cakep seperti yang dulu, tak berkurang. Tetangga sebelah itu tak juga operasi hidung, padahal uangnya ada, bahkan berlebih. Itu contoh menilai seseorang dari fisiknya. Kalau pribadinya? Contohnya banyak sekali.

Lima ekor lembu sama-sama besar dan sama tinggi, tentu harganya tidak jauh berbeda. Akan tetapi lima manusia sama besar dan sama tinggi belum tentu “sama harganya”. Bagi lembu, tubuhnya saja yang berharga. Bagi manusia adalah pribadinya.

Orang yang cerdas, berilmu tinggi, professional dalam bidangnya, belum tentu berharga. Belum tentu juga akan memperoleh kekayaan dalam hidup apabila sekiranya kepribadiannya yang tidak lengkap atau tidak kuat terutama budi dan akhlaknya. Hampir setiap hari kita mendengar dan melihat orang yang cerdik pandai, professional dan terpandang karena jabatan, menjadi sampah masyarakat karena perilaku yang tidak terpuji. Kepribadiannya cacat.

Dalam berkawan atau bersahabat, hendaknya kita harus merasakan kepribadiannya. Bukan raga, bukan pula pernak-pernik yang menempel pada pakaiannya. Sifat yang melekat pada manusia mestinya pribadi yang anggun. Namun namanya manusia tetap saja tidak akan mencapai sempurna. Bertambah besar pribadi seseorang, akan bertambah jelas pula kelemahannya. Ada pepatah yang mengatakan “Apabila sesuatu telah sempurna, jelaslah kekurangannya”

Tinggi rendahnya pribadi seseorang adalah karena ada usaha untuk hidupnya. Caranya berfikir, penuh perhitungan, wawasannya luas, semangat tak kenal menyerah. Melihat pribadi seseorang tidak boleh dengan rasa sayang atau benci. Karena yang sering terjadi, baru bertemu beberapa hari sudah mengatakan menyayangi atau membenci.

Terkadang, kita sayang terhadap seseorang karena sopan, ikhlas, ringan tangan, setia dan keberaniannya. Kita juga bisa membenci manusia karena berbuat curang, tidak jujur, bakhil, dan menyebar berita bohong. Oleh karenanya sangat tepat ucapan Socrates yang mengatakan “Kenalillah siapa dirimu, kenalillah pribadimu sendiri”