Allah memberi isyarat: Agar tidak mengolok-olok kaum yang lain, boleh jadi mereka yang diolok-olok lebih baik dari mereka yang mengolok-olok. QS Al Hujurat: 11
Salah satu kesalahan orang tua dalam mengapresiasikan anaknya adalah saat penerimaan rapot di kelas. Tidak sedikit rasa khawatir atas hasil prestasi anak yang dirasa tidak menggembirakan. Anaknya menduduki rangking separo kelas ke bawah. Bahkan, bila dilihat nilai pelajaran utama, seperti: matematika, IPA, Bahasa Inggris tidak begitu menyenangkan. Vonis yang sering muncul “nih… hasilmu. Gara-gara tidak belajar dengan serius”
Belajar di kelas bukan hanya untuk mengejar ilmu semata. Meraih prestasi bidang tertentu saja. Di kelas anak-anak juga tumbuh dan berkembang mengasah kepekaan sosial. Andai di kelas ada 30 siswa, maka di lingkungan itu ada 30 macam karakter yang berbeda-beda. Disana anak akan belajar toleransi, kesetaraan, sabar, dan menerima kelebihan dan kekurangan orang lain. Semua kegiatan itu mendorong anak untuk belajar bermasyarakat.
Kehadiran manusia dalam komunitas bermasyarakat tidak sekedar berupa ujud badan atau fisik semata. Hidup dalam bermasyarakat artinya selalu berperan aktif dalam setiap menyelesaikan permasalahan yang dihadapi bersama. Karena gerak masyarakat dinamis, tak jarang persoalan yang timbul tidak sedikit. Bahkan setiap saat dating silih berganti. Setiap saat, hampir ditemui permasalahan yang bersinggungan dengan orang lain.
Oleh karena itu, menyelesaikan pergolakan dalam masyarakat tidak bisa diselesaikan hanya bermodalkan waktu yang cepat, apalagi hanya dibekali ketrampilan yang sederhana. Diperlukan orang-orang yang trampil dan berpengalaman. Pendidikan karakter sejak usia dini atau sejak anak mengenal masyarakat kecil yaitu di kelas, sangat diperlukan. Bimbingan orang tua berkontribusi besar dalam Pendidikan akhlak.
Kecakapan yang perlu terus dipupuk adalah kecakapan mengenal dirinya sendiri. Pertanyaan kunci yang harus dijawab adalah “siapakah saya”. Kedua, adalah kecakapan berfikir. Ketiga, ketrampilan sosial. Hal ini sejalan dengan kata mutiara “setiap kamu adalah pemimpin”. Artinya bahwa sebenarnya setiap individu harus berperan aktif. Tidak menunggu perintah. Terakhir kecakapan kejujuran.