Menjaga Amal Salih

Masuklah kalian ke dalam surga disebabkan oleh amalan-amalan kalian.” (QS. An-Nahl16: 32)

Allah memerintahkan supaya hidup itu harus banyak beramal. Amal itulah sebagai bekal untuk kehidupan kelak. Tidak ada perbekalan yang terbaik dalam kehidupan dunia dari amalan shalih dan ketaqwaan kita kepada Allah.

Untuk beramal shalih tidak hanya mengandalkan iman dan taqwa. Beramal shalih harus berilmu. Dengan berilmu, amal shalih akan ditempatkan pada tempat yang semestinya, dan berdampak pada orang lain. Amal shalih yang telah diikhlaskan dan diberikan kepada orang lain.

Setelah amal shalih diamalkan dengan keridhaan Allah, ada pekerjaan yang jauh lebih berat, yaitu menjaga amal shalih. Bagaimana amal shalih tetap tergenggam, tidak dibatalkan oleh Allah. Bagaimana amal shalih tetap tegak dan menjadi pegangan?

Pegangan pertama adalah jangan sampai ujub. Merasa bangga dan selalu pamer terhadap amal kebaikan sendiri. Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berkata “ujub itu bisa membatalkan amal seorang hamba”.

Ketika seseorang telah berhasil menghafal Al-Qur’an, lalu ia bangga dengan hafalan, Allah batalkan amalnya. Ketika seseorang telah melakukan berbagai macam amalan shalih tetapi kemudian amalan shalih itu menimbulkan kesombongan dan kebanggaan pada dirinya, maka ujub itu termasuk syirik kecil.

Pegangan yang kedua adalah takut kepada Allah, baik sendirian maupun bersama. Alkisah: suatu hari nanti pada hari kiamat akan didatangkan seorang laki-laki yang membawa pahala sebesar-besar gunung Tihamah, kata Rasulullah. Ternyata Allah batalkan dan hancur-leburkan amalannya itu. Sahabat bertanya, “Siapa wahai Rasulullah orang itu? Sungguh sangat merugi orang itu. Membawa pahala besar sebesar-besar gunung Tihamah ternyata Allah batalkan.”

Maka Rasulullah SAW mengatakan, “Mereka suatu kaum seperti kalian mengambil malam, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang apabila bersendirian dengan keharaman Allah dia berani melanggar keharaman Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Mereka ini adalah tipe orang yang takut kepada Allah saat bersama orang lain, tapi tidak takut kala sendirian.

Ketiga, tidak dzalim kepada orang lain. Orang yang mendzlimi orang lain dengan cara mengghibahkan ataupun menyakiti hati orang lain. Rasulullah bersabda bahwa orang merugi adalah orang yang datang membawa pahala shalat, membawa pahala puasa, membawa pahala zakat, membawa pahala besar yang lainnya, ternyata dia pernah mengghibah orang lain, dia pernah menyakiti hati orang lain, dia pernah menempelang orang lain, bahkan dia pernah mengucurkan darah seseorang.