Ahsan taqwim vs Asf al safilin

sumber gambar : https://www.tokopedia.com/apakebae/kaligrafi-bismillah-size-34-x-44-bingkai-islami-frame-dinding-putih?utm_source=google&utm_medium=organic&utm_campaign=pdp-seo

Barang siapa yang melakukan amal saleh, baik pria maupun wanita dalam keadaan dia beriman, maka pasti akan kami hidupkan dia dengan kehidupan yang baik (berkualitas tinggi). An-Nahl : 97

Taqwim yang tertera dalam surat at-Tin, mengandung makna yang sangat istimewa. Kasih sayang Allah yang diberikan kepada manusia, yaitu diberi akal dan pemikiran. Namun ada pula yang menafsirkan, bahwa pemberian Allah itu berupa bentuk (rupa) yang sebaik-baiknya.

Ini artinya, manusia diciptakan dengan memenuhi standar kelayakan untuk mampu menjalani kehidupan, yakni diberi organ tubuh yang lengkap dan sehat sebagaimana lazimnya. Manusia lahir ke dunia dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.

Sabaliknya, asf al safilin, memiliki pengertian lemah fisik dan psikis. Kondisi ini terutama pada saat masih bayi dan orang yang sudah tua. Kehidupan fisik mereka harus ditopang dan dibantu oleh orang lain.

Ada pula yang berpendapat kesengsaraan. Apabila antara kehidupan jasmani dan rohani tidak seimbang, dan hanya mementingkan kebutuhan jasmani dan mengumbar hawa nafsunya, maka manusia akan mencapai derajat yang rendah dan bahkan lebih buruk dari binatang.

Manusia diciptakan oleh Allah dari debu tanah dan Ruh Ilahi. Apabila daya tarik debu tanah dapat mengalahkan daya tarik Ruh Ilahi, maka yang terjadi adalah manusia jatuh tersungkur sampai pada tingkat yang serendah-rendahnya. Sebaliknya apabila Nur Ilahi lebih dominan, maka manusia akan menjadi seperti malaikat. Namun Allah menghendaki agar manusia ditengah-tengah. Tidak condong ke arah setan dan terlalu miring ke arah malaikat.

Contoh yang paling ideal untuk manusia adalah kehidupan Rasulullah saw. Dari beliau cermin kita dalam beraktifitas. Menjalani kehidupan ini dengan penuh makna. Rasulullah saw memiliki empat dimensi, pertama adalah fisik. Kekuatan fisik bukan saja untuk bekerja, namun juga untuk menghalau berbagai macam penyakit.

Kedua, daya hidup agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Ketiga, daya akal, agar manusia memiliki kemampuan pengetahuan dan teknologi, dan yang keempat daya kalbu. Kehudipan fisik aharus diimbangi dengan moral. Mampu merasakan keindahan, kelezatan iman. Dari kehidupan ini, ada orang yang mampu mencapai indera keenam.