Gerobak Tua Mendobrak Ka’bah

sumber gambar: https://www.google.com/search?q=ilustrasi+gerobak&sca_esv=594512856&tbm=isch&sxsrf=AM9HkKnkkmz1Oi7LHJrNuZvQjjfp-oltCQ:1703901528926&source=lnms&sa=X&ved=2ahUKEwjBovTqh7aDAxXFSGwGHZbzBRQQ_AUoAXoECAEQAw&biw=1536&bih=738&dpr=1.25#imgrc=544bloO1DRRzuM

Karangan: M. Gilang Pamungkas

35 Tahun yang lalu, Seorang pengepul rongsokan tua bernama Pak Yongki (65) menggingat sebuah peristiwa nan nestapa. Petualangan dua sepasang kekasih yang harus terhenti mengejar cita cita ke tanah suci. Sore itu istrinya jatuh pingsan setelah kelelahan berjalan puluhan kilometer mencari sebongkah rongsokan. Digendongan pak yongki tubuh bu endang sudah pucat teramat dingin, Tergesa gesa dilarikan ke rumah sakit, Sempat mendapatkan pertolongan pertama hingga sadar dengan nafas yang tersengal sengal, Namun ternyata Ajal sudah sampai!!! dipelukan Pak Yongki Istrinya pergi lebih dulu menghadap sang Khalik.

Genggaman tangan itu teramat kuat hingga tangis pilu pecah tumpah ruah, berteriak.. Hingga ia tak mampu lagi melihat tubuh terkasih yang sudah pergi. Tuk selama selamanya!! Puluhan tahun pak yongki menggelilingi kota mencari rongsokan seorang diri, Istrinya kini sudah terbaring di tanah keabadian dibalut cahaya yang terus bersinar.. (Doa doa yang tak henti di panjatkan oleh pak Yongki) Setiap hari puluhan kilometer jarak yang harus ditempuh hanya untuk mencari kresek rongsokan bersama gerobak tua yang menjadi teman paling setia mendobrak dinginnya fajar ketika cahaya kemerah-merahan di langit sebelah timur tiba.

Menyisir lorong demi lorong hingga menjumpai bongkahan sampah yang dibuang oleh Manusia kaya di atas bumi Allah sesukanya. Tak aneh lagi menjumpai nasi & potongan daging sapi yang dengan sengaja dibiarkan menjadi istana bagi lalat lalat tua yang dengan sukarela membangun singsana di atasnya. Murung ia melihat dunia. Manusia di luar sana yang menyia-nyiakan makanan sesukanya. Satu persatu plastik hitam besar dibuka, dicari dengan teliti berbagai isi didalamnya, Ia utamakan, Gelas air mineral, Botol kaca penyedap rasa hingga kardus berbagai merk asalkan tak basah yang bisa diambil & segera ia naikan ke atas gerobak tua.

Kala jemari-jemarinya membongkar bongkahan rongsokan yang bisa di jual kembali, tak ditemui satupun botol kaca penyedap rasa hingga rongsokan kecil lainnya.. Yang tertinggal hanya sampah sayur mayur yang dengan sengaja dibuang tanpa diolah. Oh Manusia!! Di usia enam puluh lima tahun, tubuh pak yongki tak sekuat dulu.. Sering kali ia kalah cepat dengan pengepul rongsokan usia muda.. Tubuhnya yang terluka dengan kenyataan yang ada, telah lama ditinggal mati oleh sang istri tercinta, Hingga suara adzan yang tersiar oleh angin dari menara-menara suci yang sering kali manusia ucap rumah Allah sub’anahu wata’ala (Masjid).

Mengetuk lamunannya dari lelah hingga keringat yang bercucur deras, Ia langkahkan kaki mencari sumber suara adzan itu, lalu ia mandikan badannya setelah bertamu dari istana lalat-lalat hijau, ia lantunkan doa-doa di sujud panjang dari balik sajadah aroma rose Arabia warna hijau kemerah-merahan, dalam kesengsaraan ia bersabar meski sering kali dilanda bosan yang tak kunjung redam. Hingga ia mengerti tentang kehidupan di usia senja, Tenanglah titik titik jiwa, Masih diberikan kesempatan untuk khusyuk sembahyang adalah kesempatan yang teramat Indah. Membangun istana di surga dengan jalan yang diridhai Allah sub?anahu wata?ala

Pak yongki, melangkahkan kaki keluar dari rumah suci, kedamaian pula mengaliri sukujur tubuhnya hingga ke dalam hati. Lalu, ia dorong dengan pelan gerobak tua dibalut doa-doa agar segera menjumpai lorong lorong dengan rongsokan yang masih tersisa. Terlihat dari kejauhan sebuah tumpukan sampah yang belum terjarah, berjarak 1 Kilometer dari tubuhnya, pelan roda gerobak mengilas jalan berpacu dengan waktu. Tak ada niat untuk mengebut roda, biarlah tuhan yang mengatur rezkiku di usia yang sudah tua renta ini, Cukup aku jadikan pelajaran & pengalaman, Aku tak ingin kelelahan hingga pingsan!! (Ucapnya pelan dalam hati).

Tiga puluh lima tahun yang lalu, Pak yongki mengejar ka’bah sendirian.. sering kali daging sapi yang sudah diolah menjadi dendeng hingga sepotong rendang mengoyah tabungannya yang susah payah ia sisihkan dari menjual rongsokan ke tauke di pasar kota agar ia bisa mengapai cita-cita bersama Alm Istrinya dahulu.. Bisa menjumpai baitullah di tanah suci Allah. Pak yongki pula berucap dalam hati, Ya Tuhan doaku di bumimu ini terima kasih engkau pertemukan aku dengan dirinya (Alm Endang), engkau titipkan kisah & kasih hingga aku menjadi seorang muslim.

Mudahkanlah doa doaku ya tuhan, orang yang baru masuk islam yang engkau ridhai berlabuh di kota sucimu, sepengal doa yang pak yongki lantunkan selepas menjumpai belasan botol penyedap rasa di kantong kain hitam yang tak terikat erat. Lalu ia berjalan pulang dengan senyuman. Ia dorong gerobak tuanya yang sudah dipenuhi rongsokan berharga, sudah teramat jauh pak yongki langkahkan kaki, usai menjumpai belasan botol penyedap rasa, Gemetar di kakinya mulai terasa, keringatnya bercucuran,– Jalannya sekejap sempoyongan yang tak kuat ia tahan..

Dibawah rindangnya pohon Beringin Tua yang tiga kali lipat mengalahkan usianya kini, segera ia sandarkan tubuhnya yang hampir pingsan.. Tertidur ia dibawah langit yang di penuh keindahan sebelum mata lelahnya terbangun dan bertemu duka yang teramat dalam.. Gerobak tua pak yongki roboh mencium jalan, Tragedi yang menjadi hikmah bahwa ia harus lebih bersyukur karna masih diberi waktu & masih diberikan kesempatan untuk terus bersujud kepada Allah sub?anahu wata’ala

Tubuh tua renta pak yongki, terdiam terbujur kaku. Melihat nasib gerobak tuanya yang seakan akan sudah suratan dari tuhan. Gerobak tua yang tidak bisa didorong apabila harus dipaksakan membawa belasan kilo rongsokan diatasnya.. setelah ditabrak lari oleh orang yang tidak diketahui… Hanya tuhan yang tahu isi hatinya kala itu, Berjam-jam ia tetap berusaha tersenyum sembari melafalkan dzikir agar kesedihan yang tertanam berbuah kebahagiaan. Hingga ia menjumpai zakir yang usianya terpaut jauh darinya, seorang pencari rongsokan muda yang dengan sukarela ia berikan belasan botol penyedap rasa hingga barang-barang lain yang menumpangi gerobak tua yang barusan menciumi jalan. .

Lalu, gerobak tua pak yongki bisa didorong pelan meski sedikit olang aling, beruntungnya kejadian tabrak lari yang menimpanya hanya berjarak 2,5 Kilometer dari rumah tinggalnya saat ini. Semalaman pak yongki melafalkan dzikir selepas melaksanakan sholat malam, Ia mencari cara untuk merenovasi gerobak tuanya secara mandiri agar tidak menghabiskan uang tabungan di sorokan lemari kecilnya. Hingga keheningan malam menghantarkan pak yongki tertidur diatas ranjang berbalut koran-koran. Pagi tiba, Zakir mendatangi rumah pak yongki dengan puluhan kotak peti kemas buah dibawanya dengan menyewa sebuah becak yang harus bolak-balik 3x menghantarkan peti kayu durian muda itu.

Diucapnya kayu peti durian itu dibelinya dari menjual belasan botol penyedap rasa & kardus-kardus yang diberikan oleh pak yongki kemarin sore. Bahwa kebaikan itu akan mengalahkan kesukaran hidup didada, sejak peti kemas buah itu tiba, pak yongki merenovasi gerobak tuanya secara mandiri.. Berhari hari ia mengerjakan semuanya sendiri.. tak lupa rehat ketika adzan memanggil namun lupa makan ketika lapar mengundang. Hingga akhirnya dada pak yongki terasa terbakar, kepala berputar putar & harus dilarikan ke dokter terdekat. Nomor antrian tiba, pasien bukan hanya ia saja.

dada terasa dikoyak-koyak sepanjang jarum jam di dinding berputar.. Hingga kesempatan itu tiba, Pak yongki diperiksa dengan teliti oleh dokter yang berusia 40 tahunan, bernama Rio. Perbincangan berjalan hingga surat pengantar untuk membeli obat racik diberikan kepadanya agar segera menebus obat di apotik sebelah. Pak yongki yang harus menjalani rawat jalan secara rutin 2 x dalam 1 minggu karna di diagnosa memiliki penyakit maag kronis & komplikasi, hingga tekanan darah yang tidak normal. 2 Bulan berlalu ia melakukan rawat jalan dengan mengikuti semua arahan dari dokter rio hingga uang tabungannya habis total, untuk menebus resep obat yang diracik khusus untuk pasien berusia lanjut usia, Hingga uang untuk memenuhi kebutuhan makan pun tak tersisa.

Akhirnya pak yongki tidak pernah lagi mengunjungi dr Rio, berminggu-minggu berlalu, pak yongki lebih banyak menghabiskan hari tuanya di sebuah masjid di seberang jalan rumahnya. Mengikuti pengajian hingga ceramah rutin yang sudah terjadwal dari masjid Al-Hidayah.. dr Rio pula tidak mengingat pak yongki pasiennya yang memiliki penyakit maag kronis & komplikasi di usia yang sudah sangat senja. Pak yongki hanya memohon kemudahan kepada Allah SWT memberinya kesempatan suatu saat nanti, bisa berkunjung ke tanah suci hingga mendoakan Alm istrinya di depan ka’bah.

Ba’da Maghrib, perjumpaan yang tak terduga terjadi antara Pak yongki & dr Rio. Mereka berjumpa ketika lepas melaksanakan sholat maghrib di masjid al-hidayah, begitu terkejutnya dr rio mendapati kondisi pak yongki yang terlihat sangat begitu lelah diusia yang semakin menua. Pertemuan itu berlanjut ke perbincangan yang panjang, seperti seorang ayah & anak. dr. rio seorang dokter muda yang juga seorang pengusaha agency umroh terbaik nan amanah dikota, ketika mendengar keinginan & cita-cita pak yongki & Alm istrinya dahulu sangat ingin menjumpai ka’bah. Kini harus lebih banyak berikhlas dan bersyukur masih diberi kesempatan untuk melaksanakan semua perintah tuhan yang maha esa. Tak terasa, air mata dr. rio pelan berjatuhan menguncangkan hatinya.

Hingga ia menciumi tangan pak yongki yang sudah gemetar dimakan usia & memeluk tubuhnya yang sudah tak sekokoh dirinya kini.. Di pundak pak yongki air mata itu berjatuhan dengan pelan, suara terbata-bata dokter muda itu hingga berucap.. Meminta pak yongki bersedia menerima niatnya untuk memberangkatkan pak yongki umroh bulan depan bersama travel agencynya, tanpa dikenakan biaya sepeserpun. Gemetar tubuh tua pak yongki, mendengar kabar bahwa ia diberi kesempatan menjumpai Baitullah di usia senja. Mulutnya terus melafalkan dzikir kepada Allah SWT atas semua nikmat & karunia yang Allah berikan kepadanya.

Perjalanan panjang nan melelahkan dari tanah air menuju tanah suci membawa air mata pak yongki berjatuhan dengan cepat. ketika ia bisa menjumpai Baitullah.. Tak henti mulutnya melafalkan dzikir hingga lantunan doa untuk Alm Istrinya yang kini sudah tenang di keabadian. Dengan teliti ia menunaikan semua rukun umrah, ihram, tawwaf, sa’i, tahallul hingga tak henti hentinya ia melantunkan bacaan al-quran & berdzikir. Hingga waktu menghantarkannya untuk pulang, takdir membawanya untuk menghembuskan nafas terakhir di tanah suci. Tubuh dua sepasanag kekasih yang harus terpisah 8.388 KM yang kini sudah tenang menuju keabadian

Cerpen Karangan: M. Gilang Pamungkas
Instagram: jon_koln
Tentang Penulis
M. Gilang Pamungkas saya seorang Dosen, Pengusaha & mulai Mengarang tulisan sejak bulan Juni 2023, Mulai memberanikan diri & aktif menulis setelah mengikuti kelas StoryBy5+ dari salah satu penulis di Indonesia, Benny Arnas, Sejak dinyatakan lulus & menyelesaikan semua tugas yang diberikan di kelas menulis Benny Arnas, Saya mulai aktif menulis secara mandiri & memberanikan diri untuk mengirim tulisan ke alamat email redaksi koran. Tulisan saya pula banyak saya posting di berbagai media sosial saya. Instagram : @Jon_Koln