“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”
(QS at-Taubah: 122).
Allah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada setiap manusia sesuai dengan kadarnya masing-masing. Sesuai dengan yang dikehendaki Allah. Ada yang diberi keunggulan dalam bidang tertentu, namun sekaligus kekurangan dalam ketrampilan lainnya. Dalam ayat di atas, Allah menjadikan orang-orang mukmin terbagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok bertugas menjaga kaum muslimin dan satu kelompok yang lain bertugas menjaga ajaran-ajaran Islam, yaitu para ulama.
Ilmu agama adalah senjata yang dapat digunakan oleh seorang mukmin untuk melawan setan dari bangsa jin, melawan setan dari bangsa manusia, melawan hawa nafsunya sendiri, dapat membedakan antara yang hak dan batil. Seorang mukmin harus mampu memberi informasi yang jelas kepada umat antara pekerjaan yang diridlai Allah dan amal yang dibenci oelh Allah.
Berbekal ilmu agama, kita dapat membedakan antara yang iman dan kufur, antara tauhid dan syirik, antara yang jelas dan subhat. Berpegang pada ilmu agama, kita akan yakin bahwa Allah itu berbeda dengan makhluk-Nya. Allah bukan benda yang dapat dipegang. Berilmu agama, kita akan mampu mengetahui apa yang boleh kita katakan dan kenapa mengatakannya.
Ajaran yang agung ini hanya dapat ditempuh dengan hati yang jernih, yang semata-mata hanya mencari ridha Allah. Tidak bernafsu untuk mendapatkan sesuatu. Cara memperolehpun dengan tata cara akhlak yang tinggi. Berguru pada orang-orang telah teruji keikhlasannya. Berteman dengan orang-orang yang mampu menjadi sahabat.
Kita semua tahu bahwa manusia tidak terlahir sebagai orang yang berilmu. Awalanya manusia itu amat lemah. Tidak mampu berbuat apa-apa, tidak mengetahui apa-apa. Namun, Allah menjadikan mausia sebagai khalifah. Inilah tantangannya. Oleh karenanya, menuntut ilmu adalah sebuah keharusan sebagaimana dituntun oleh Rasulullah saw, “Ilmu hanya akan diperoleh dengan proses belajar” (HR. Al-Bukhari)
Untuk menjaga kemurnian agama Islam, bukanlah orang lain. Tetapi orang Islam sendiri yang harus menjaga dan mengawasinya. Caranya dengan belajar. Tidak ada cara lain, selain belajar. Orang belajar berarti orang yang mampu membuka diri untuk menempatkan sebagian otak dan hati diisi dengan hal-hal yang baru, atau membuka tabir kebenaran.