Hidangan dari Langit

Isa putra Maryam berdoa, “Ya Tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami maupun yang datang setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau, berilah kami rezeki, dan engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki.”. (al Maidah : 144)

Seorang Nabi atau Rasul diutus ke dunia hanyalah untuk menyempurnakan perilaku umatnya. Ditengah perjuangan memperbaiki perilaku, tak jarang Nabi dan Rasul justru mendapatkan cemooh bahkan perlawanan secara fisik. Kisah berikut, kami nukilkan dari buku Qisas al-Anbiya karya Ibnu Katsir.

Suatu ketika, Nabi Isa memerintahkan kepada rakyat Hawariyyun (pengikut setia beliau), untuk berpuasa selama tiga puluh hari. Setelah semua perintah selesai dikerjakan, mereka meminta kepada Isa, agar menurunkan hidangan dari langit untuk dimakan oleh mereka. Mereka juga memiliki alasan bila memakan hidangan itu, Allah telah menerima puasa mereka dengan mengabulkan permintaan mereka.

Hari berbuka itu akan dijadikan sebagai hari raya, dan sebagai tandanya adalah dengan diturunkannya hidangan tersebut, yang akan mencukupi mereka. Dari yang kaya hingga yang miskin. Lalu mereka dinasehati oleh Nabi Isa untuk menghentikan permintaan itu. Karena Ia khawatir jika mereka diberikan, maka tidak akan mensyukuri dan tidak melaksanakan persyaratannya. Namun mereka bersikeras agar Nabi Isa berdoa kepada Allah untuk meminta hidangan itu.

Akibat desakan yang terus menerus, akhirnya Nabi Isa menyetujui permintaan mereka. Ia pergi ke tempat shalatnya dengan rambut yang disisir rapi, merapatkan kedua kakinya, menundukkan kepalanya, dan terlihat genangan air matanya. Lalu Ia merendahkan diri dihadapan Tuhannya untuk berdoa kepada Allah agar memberikan apa yang diminta oleh kaumnya.

Setelah itu, Allah pun menurunkan hidangan yang mereka minta dari langit. Mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri ketika hidangan itu diturunkan dari diantara dua awan, hidangan itu turun perlahan-lahan. Setiap kali hidangan itu semakin dekat, Nabi Isa terus meminta kepada Tuhan agar menjadi hidangan yang penuh rahmat, penuh dengan berkah. Bukan azab, bukan amarah. Hidangan itu terus turun hingga sampai di hadapan Nabi Isa. Lalu Nabi Isa membuka kain yang menutupi hidangan tersebut, seraya berkata :

Dengan nama Allah, ini rezeki yang paling baik.”

Ternyata hidangan itu berisi tujuh ekor ikan yang besar dan tujuh potong roti besar.

Setelah hidangan itu turun dari langit, Nabi Isa mempersilahkan kaumnya untuk menikmati hidangan yang telah tersedia. Namun mereka berkata :

“Kami tidak akan memakannya sampai kamu makan terlebih dahulu.”

Kemudian dijawab oleh Isa, lalu berkata :

“Kalianlah yang menginginkan hidangan ini, maka makanlah.”

Namun mereka tetap tidak mau memakan hidangan itu paling awal. Maka Isa pun menyuruh orang miskin dan orang-orang yang sakit untuk memakannya, dan jumlah mereka saat itu mencapai 1.300 orang. Kemudian tak berapa lama, orang miskin dan orang sakitpun memakan hidangan itu. Ternyata setelah mereka memakan hidangan tersebut, mereka yang tergolong orang sakit, seketika sembuh dari penyakitnya. Maka pengikut Isa pun merasa menyesal tidak ikut makan hidangan yang telah tersedia. Mereka juga kecewa bahwa makanan itu mendatangkan manfaat bagi yang menyantapnya.