Automated Teller Machine (ATM)

ATM yang sejatinya berarti Automated Teller Machine, diselaraskan menjadi Anjungan Tunai Mandiri. Sebuah mesin otomatis (milik bank) untuk mengeluarkan uang tunai dengan menekan tombol yang telah diberi kode. Belakangan mesin ini dapat juga untuk menabung. Tidak perlu mengantri di depan kasir bank. Mesin dengan sistem Komputer yang aktifkan lewat kartu magnetik, nasabah dapat melakukan transfer, mengambil sejumlah uang atau menabung tanpa harus lewat kasir. Dengan cara seperti ini, nasabah dimudahkan setiap kali melakukan transaksi.

Di tahun 2010 an, Mesin ATM menjadi primadona karena demikian efektif dan efisien. Dimanapun berada, nasabah dapat melakukan kegiatan perbankan. Sampai sekarang, ATM masih menjadi andalan. Tingkat pertumbuhannya juga masih stabil. Adanya ATM ini, pengerahan sumber daya manusia di Bank menjadi berkurang. Kegiatan-kegiatan yang semula mengandalkan tenaga manusia, saat itu pula, tergantikan oleh sebuah mesin. Sehingga beberapa aktivitas manusia menjadi berkurang.

Seiring dengan perkembangan teknologi digital, dan semua lini kehidupan manusia mengalami digitalisasi, maka mesin ATM sedikit berkurang dalam melayani kebutuhan masyarakat. Sebab utamanya adalah, karena masyarakat berbondong-bondong memanfaatkan aplikasi perbankan lewat gadget. Sehingga tak perlu lagi mengunjungi ATM, yang jaraknya cukup jauh, ataupun dalam posisi offline. Masyarakat lebih senang melakukan tansaksi dengan hanya memainkan jemari di gadget, sambil nonton televisi misalnya.

Laporan dari Bank Indonesia mengungkapkan bahwa, masyarakat semakin mengurangi transaksi lewat ATM. Sebaliknya, kini beralih ke transaksi online. Berdasarkan data, nilai transaksi melalui keuangan digital meningkat menjadi 45,64%. Namun demikian, transaksi lewat kartu debet maupun kartu kredit tetap marak, tapi tidak sebesar transaksi lewat digital.

Memang sangat menyenangkan. Kita dibuat mudah dalam melakukan kegiatan jual beli non tunai, ataupun sekedar transfer lewat digital. Banyak kemudahan yang didapat, karena aplikasinya menjanjikan kemudahan untuk pengguna. Biarpun demikian, ada yang sisi negatifnya, antara lain salah nomor tujuan transfer. Pekerjaan ini memerlukan kejelian, karena yang akan kita kirim, bentuknya angka. Disarankan, sebelum submit atau kirim, harus diteliti ulang.

Kedua, tidak melakukan log out, setelah melakukan transaksi. Andai gadget berpindah tangan, bukan tidak mungkin disalah gunakan si pemakai yang baru. Ketiga, saldo tidak dapat diuangkan. Inilah yang kadang suatu saat sangat dibutuhkan uang cash, untuk keperluan yang mendesak. Keempat, bagi pemegang kartu digital yang tidak kuat iman, maka keinginan untuk berbelanja sangat kuat. Karena diberi kemudahan tertentu, atau terbujuk iklan, bukan tidak mungkin hasrat membeli makin tinggi. Meskipun barang tersebut bukan merupakan kebutuhan prioritas.

Apakah ATM lebih penting dibandingkan dengan transaksi online? Atau sebaliknya? Menurut hemat penulis, kalau memang ada sisa uang yang harus ditabung, ujudkan dalam bentuk tabungan, dan sebagian masukkan dalam kartu ATM dan uang digital. Saldo keduanya masih dalam batas-batas kewajaran. Gunakan keduanya bila sangat dibutuhkan. Membuat beteng pertahanan untuk menekan hasrat belanja yang bukan kebutuhan pokok, sangat diperlukan. Transaksi digital memang sangat memudahkan orang untuk bertransaksi, tetap waspada dalam memanfaatkannya.