Keberuntungan dan Kemalangan

“Seseorang tidak akan pernah merasakan manisnya sa’adah (Kebahagiaan) sebelum dia merasakan pahitnya syaqawah (kemalangan)” Ali Bin Abi Thalib Sa’adah artinya keberuntungan atau kebahagiaan.

Bila ada nama Umi Sa’adah berarti seorang ibu yang beruntung. Demikian pula orang dengan nama Sa’id. Sebaliknya, kata syaqiy artinya kemalangan atau kecelakaan. Tidak ada orang tua (yang mengerti bahasa arab) yang memberi nama anaknya syaqiy. Oleh karenanya ada untaian doa Rasulullah saw “Ya Allah, aku memohon kepadamu kedudukan para syahid (syuhada’) dan kehidupan para penikmat kebahagiaan (su’ada).Orang yang berbahagia, kata Rasulullah saw, adalah orang yang memilih kenikmatan yang kekal. Mereka ini tidak menjatuhkan pilihan kenikmatnya yang sesaat. Tidak memilih memanfaatkan hartanya untuk kesenangan sementara. Lebih senang untuk menginfakkan, demi tabungan kelak. Siapa sebenarnya orang yang beruntung. Boleh jadi beberapa orang akan menjawab berbeda-beda. Ada yang bilang orang yang beruntung ialah orang yang memiliki harta yang banyak, orang yang pandai, orang yang berkuasa. Itu tidak salah, kalau keberuntungan itu digapai dengan segenap usaha. Menurut penilaian Allah, orang yang beruntung adalah yang dapat berubah ke arah yang lebih baik. Orang yang selalu berusaha untuk selalu dekat dengan Allah, dan Allah pun ridha kepadanya. Orang-orang  yang mau dan patuh mengikuti semua petunjuk-petunjuk yang Allah berikan, maka dipastikan hidupnya akan jauh dari rasa takut dan tiada mereka bersedih hati.

Rasulullah saw pernah menyebutkan tanda-tanda orang beruntung (sa’id). Pertama, “Diantara kebahagiaan seorang Muslim adalah apabila dia mempunyai anak yang mirip dengan dia”. Siapa yang tak bahagia, bila anaknya mirip dengan orang tuanya. Kebahagiaan ini bertambah, karena didoakan oleh tetangga dan kerabatnya “Semoga menjadi anak yang shalih / shalihah”. Kedua

, “Kalau seseorang memiliki istri yang canti”. Sebaliknya bila seorang wanita  dipinang oleh pemuda yang tampan. Mencari calon istri yang cantik dapat direncanakan. Mencari calon istri yang memiliki agama yang luas, dapat direncanakan. Mencari istri yang cantik dan beragama yang mendalam, dapat direncanakan. Bila suatu ketika diperoleh dengan keinganan itu, maka orang tersebut termasuk yang beruntung.

Ketiga, memiliki tempat tinggal yang luas dan kendaraan yang enak dan nyaman. Kebahagiaan seperti ini tentu tidak datang secara tiba-tiba. “sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit”, pitutur kuno yang telah teruji validitasnya. Bila ingin kaya maka menabunglah dan berinfaklah.