Jikalau ke Selo, Pilihlah Waktu yang selo

Darmawisata atau Pariwisata, mungkin sebentar lagi akan lenyap dari perbendaharaan dalam Bahasa Indonesia. Orang lebih senang menggunakan Healing, untuk menggantikan kosa kata jalan-jalan. Sebenarnya memakai kata healing untuk jalan-jalan atau wisata tidak tepat. Karena healing sendiri berasal dari kata heal yang artinya sembuh. Sehingga healing pasti ada hubungannya dengan kesehatan, yang penanganannya dilakukan oleh orang yang ahli. Namun jargon healing sudah terlanjur membudaya digunakan masyarakat untuk sekedar bermain, jalan bersama, wisata dan lain-lain.  

Minggu, 19 Mei 2024, rombongan warga kami, khususnya RT 10 sudah jauh hari mempersiapkan diri untuk melakukan touring dengan menggunakan moda transportasi sepeda motor. Tujuan utamanya adalah kampung wisata Selo, yang berada dikawasan Boyolali. Sama seperti halnya Cepogo, atau lebih barat sedikit Tol Kayangan.  

Boyolali memang daerah yang memiliki tekstur tanah yang meliuk-liuk, karena dataran tinggi, yang secara kebetulan juga di lereng Gunung Merapi dan Merbabu. Praktis, suhu udaranya dingin, menyimpan banyak embun dan curah hujannya lumayan tinggi. Inilah yang menyebabkan wilayah Boyolali tumbuh pohonan yang lebat, dan pula penghasil sayur-sayuran.  

Pesona Boyolali kian menggigit setelah dilakukan pembenahan di sektor wisata. Jalan menuju area wisata diperbaiki, diperhalus dan diperlebar. Akses menuju ke tempat wisata dipermudah. Pembinaan terhadap masyarakat akan pentingnya basis wisata. Satu lagi, publikasi yang memegang peran vital dalam rangka pertumbuhan informasi perkembangan wisata. 

Dari kampung halaman, tercatat ada sebelas sepeda motor yang siap untuk berkonvoi. Kami mulai perjalanan melewati tetangga desa menuju pasar Jatinom. Dari sini ambil lurus ke barat dan menyerong ke utara mengarah ke Desa Musuk, dan mengarah ke jalan Boyolali – Magelang. Disinilah kami menikmati perjalanan dengan sepenuh hati. Kondisi sudah mulai menanjak, dan udaranya sejuk.  

Sekira pukul 08.30 kami tiba di Selo. Istirahat sejenak dan melakukan ritual wajib foto bersama. Tentu sambil ngopi-ngopi. Karena saya sebagai peserta ikutan, saya kira rombongan akan melakukan eksplore di wilayah Selo. Dapat ke utara, ke gardu pandang atau ke selatan di New Selo atau sekedar jalan-jalan menyusuri kebun tanaman milik warga. Ternyata, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Ketep.  

Tak berselang lama, hanya makan siang dan sholat dzuhur, kami melanjutkan ke Kopeng khususnya Pasar Kopeng. Inilah surganya ibu-ibu. Belanja-belanji sayur, buah-buahan, tanaman ada disini. Dan sayapun membelinya juga, bahkan paling ribet membawanya.  

Setelah dari Kopeng lanjut naik ke Telomoyo. Disini, saya lebih baik tidak naik, karena harus nunggu barang-barang bawaan. Tepat pukul 16.20 kami mulai perjalanan pulang ke rumah. Sampai di rumah pukul 18.20. Berarti lamanya perjalanan sekitar 2 jam. Capek tapi menyenangkan. Menyenangkan tapi Capek.