Dream Team

Siapa yang tak kenal Assosiazone Calcio Milan atau yang lebih dikenal dengan AC Milan?. Sebuah klub sepak bola dari Italia yang melegenda pada kurun waktu akhir 80-an atau awal 90-an. Klub yang dimiliki oleh Silvio Berlusconi (pernah menjabat sebagai Perdana Menteri) telah melakoni beberapa pertandingan yang berakhir dengan kemenangan. Puluhan piala bertengger di almari kesuksesan.

Strategi yang diracik oleh Presiden AC Milan, Berlusconi mencetuskan ide-ide cemerlang untuk mendongkrak ekonomi klub. Berlusconi berpendapat jika para fans tidak harus menunggu akhir pekan untuk lebih dekat dengan klub kesayangannya. Artinya setiap saat dapat bertemu dengan pemain isola meski hanya dalam bentuk merchandise.

Oleh karena itu, Berlusconi mengubah arah marketing AC Milan ke arah yang lebih modern dengan menjadikan klub sebagai gaya hidup para fans. Toko-toko merchandise Milan untuk pertama kalinya dibuka di mal besar, serta majalan ‘Forza Milan’ dipublikasikan agar fans merasa lebih dekat dan mengenal para pemain itu sendiri.

Meraih scudetto pada 1988/89 otomatis mendapatkan tiket ke Liga Champions pada musim selanjutnya. Di bawah asuhan Arrigo Sacchi, AC Milan langsung meraih trofi tersebut pada kesempatan pertamanya setelah menghajar Steaua Bucuresti dengan skor 4-0 di partai final.

Tak perlu menunggu lama untuk kembali merajai Eropa, pada musim selanjutnya, AC Milan kembali membawa pulang trofi Liga Champiosn ke San Siro. Di laga final, I Rossoneri cukup menang tipis 1-0 melawan Benfica.

Untuk mencapai sebuah dream team, seperti AC milan beberapa dekade yang lalu, dibutuhkan kerjasama antar lini yang solid. Kolaborasi antar lapis ditautkan dengan erat. Ada beberapa usaha untuk mewujudkan, antara lain : Pertama, turunkan egomu. Tidak bisa dibayangkan bila dalam sebuat tim ingin menonjolkan egonya masing-masing. Alhasil hanya wacana yang mencuat. Dengan melepaskan hak-hak dalam sebuah forum, mungkin itu sebagai jalan keluar kebuntuan. Kalau semua ingin mempertahankan haknya, jalan semakin tersumbat dan semakin kokoh. Melepas ego, melepas hak, sangat penting untuk kesolidan sebuah tim.

Kedua, Saling memuji. Inilah salah satu menghormati orang lain tanpa kehilangan haknya. Belajar memuji dengan tulus dan empati perlu belajar. Pujian kepada orang lain pada saat dihadapan orang banyak dapat meningkatkan nilai seseorang. Mulailah saat ini untuk memuji orang lain. Toh, ide yang Anda pegang tidak diketahui orang lain. Pada momen-momen tertentu ide perlu digelontorkan, saat ada atasan. Itulah cara menjunjung tinggi secara pribadi dan orang lain.

Ketiga, Menerima tanggungjawab. Kadang, saat kita sedang sibuk dan didera oleh pekerjaan, namun pada saat yang sama ada anggota lain yang terlihat malah santai dan tidak peduli dengan pekerjaan tim. Dalam diri kita kadang bergumam “Mengapa saya yang harus mengerjakan ini?”. Peristiwa ini sering kita temui. Tapi berbaik sangkalah, siapa tahu, mereka telah mengerjakan sesuatu sama seperti yang sedang kita kerjakan.

Woody Allen pernah berkata “Singa dan Domba bisa berbaring bersama, tetapi domba tidak akan pernah tidur nyenyak”. Artinya setiap pemimpin dapat membuat sebuah tim, Namun membuat tim harus dimulai dari kemampuan memilih siapa domba dan siapa singa.