Tiga Hal yang Membuat Kita Bahagia

Oleh: dr Berlin Yusuf

Ada tiga hal yang dapat membuat kita bahagia. Pertama, sebuah pepatah Arab mengatakan: “Man khadama, khudima,” yang artinya, “Barang siapa yang melayani, maka dia akan dilayani.” Makna pertama dari pepatah ini adalah bahwa kebahagiaan bisa kita raih dengan melayani orang lain. Ketika kita melayani, kita akan merasakan kebahagiaan karena telah memberikan manfaat bagi orang lain.

Makna kedua adalah, “Barang siapa yang melayani Allah, maka Allah akan melayani hidupnya.” Ini menunjukkan bahwa ketika kita berusaha untuk melayani Allah, baik melalui ibadah maupun amal kebaikan lainnya, Allah akan membantu dan memudahkan urusan kita.

Yang ketiga adalah, “Barang siapa yang sering melayani di dunia, maka kelak di akhirat dia akan dilayani.” Ini mengingatkan kita bahwa segala bentuk kebaikan yang kita lakukan di dunia akan mendapatkan balasan yang baik di akhirat. Oleh karena itu, marilah kita sering melayani orang lain dalam kehidupan ini, apa pun profesi dan kedudukan kita. Jika kita melayani orang lain dengan ikhlas, kita akan mendapatkan balasan yang setimpal. Bahkan lebih dari itu, jika kita berkecimpung dalam suatu organisasi, misalnya menjadi bagian dari takmir masjid atau aktif dalam kegiatan yang menegakkan agama Allah, yakinlah bahwa hidup kita akan dilayani oleh Allah.

Kebahagiaan hidup ini bisa kita raih ketika kita melayani sesama, dan pada akhirnya kita juga akan dilayani oleh Allah, baik di dunia maupun di akhirat.

Kedua: Membuka Pintu Kebaikan

Hal kedua yang dapat membuat kita bahagia adalah membuka pintu-pintu kebaikan. Rasulullah ﷺ bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah:

إِنَّ مِنَ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلْخَيْرِ وَمَغَالِيقَ لِلشَّرِّ، وَإِنَّ مِنَ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلشَّرِّ وَمَغَالِيقَ لِلْخَيْرِ

“Inna minan-nāsi mafātīḥa lil-khairi wa maghālīqa lil-sharr, wa inna minan-nāsi mafātīḥa lil-sharri wa maghālīqa lil-khair.”

“Sesungguhnya di antara manusia ada yang menjadi pembuka pintu-pintu kebaikan dan penutup pintu-pintu kejelekan, dan di antara mereka ada yang menjadi pembuka pintu-pintu kejelekan dan penutup pintu-pintu kebaikan.”

Dari hadis ini kita bisa memahami bahwa manusia terbagi dalam dua tipe: pertama, orang yang membuka pintu-pintu kebaikan dan menutup pintu-pintu kejelekan; kedua, orang yang justru membuka pintu-pintu kejelekan dan menutup pintu-pintu kebaikan. Rasulullah ﷺ melanjutkan:

فَطُوبَى لِمَن جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِحَ الْخَيْرِ عَلَى يَدَيْهِ، وَوَيْلٌ لِمَن جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِحَ الشَّرِّ عَلَى يَدَيْهِ.”

“Berbahagialah orang yang Allah jadikan sebagai pembuka pintu-pintu kebaikan, dan celakalah orang yang Allah jadikan sebagai pembuka pintu-pintu kejelekan.”

Oleh karena itu, mari kita berusaha membuka pintu-pintu kebaikan dalam kehidupan ini, apa pun bentuknya. Ketika kita membuka pintu-pintu kebaikan, hidup kita akan menjadi lebih bahagia. Sebaliknya, jika kita membuka pintu-pintu kejelekan, kita akan mendatangkan keburukan dan penyesalan.

Sebagai contoh, saya pernah mengunjungi seorang teman yang memiliki usaha konveksi. Di sana, ia memproduksi celana, jaket, dan juga rok mini. Saya mengingatkan teman saya bahwa produksi rok mini itu sebaiknya dihentikan, karena jika orang mengenakan rok mini dan menimbulkan dosa, maka ia turut mendapatkan dosanya. Pada awalnya, teman saya menanggapi dengan santai, namun setelah berpikir lebih dalam, ia memutuskan untuk menghentikan produksi rok mini tersebut. Ternyata, setelah menghentikan produksi rok mini, omset penjualan produk lainnya, seperti celana, malah meningkat sepuluh kali lipat.

Berbahagialah ketika kita membuka pintu-pintu kebaikan dan menutup pintu-pintu kejelekan, sebagaimana yang diajarkan dalam hadis Rasulullah ﷺ.

Ketiga: Memiliki Komunitas yang Menyeru kepada Kebaikan

Hal ketiga yang bisa membuat kita bahagia adalah memiliki komunitas yang senantiasa menyeru kepada kebaikan. Dalam surah Ali Imran ayat 104, Allah berfirman:

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Wal takun minkum ummatun yad’ūna ilal-khairi wa ya’murūna bil-ma‘rūfi wa yanhawna ‘anil-munkar. Wa ulā’ika humul-muflihūn.”

“Dan hendaklah ada di antara kamu umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Ayat ini mengajarkan kita pentingnya memiliki komunitas atau kelompok yang senantiasa mengajak kepada kebaikan, menyeru kepada yang ma’ruf, dan mencegah yang munkar. Ini adalah bentuk kebahagiaan sejati karena kita tidak bisa hidup sendirian. Kita membutuhkan komunitas yang mendukung kita untuk terus berada di jalan yang benar. Ketika kita bersama-sama berusaha untuk melakukan kebaikan dan menjauhi kemungkaran, kebahagiaan akan mengikuti kita. Lebih penting lagi, dengan adanya komunitas yang baik, kita bisa lebih ringan dalam menjalankan berbagai amal, dan kebahagiaan itu pun akan semakin terasa.

Kebahagiaan sejati terwujud ketika kita melayani orang lain, membuka pintu-pintu kebaikan, dan memiliki komunitas yang saling mengingatkan kepada kebaikan. Inilah tiga hal yang dapat membuat hidup kita lebih bahagia.

Sumber tulisan: https://www.tabligh.id/2024/11/05/tiga-hal-yang-membuat-kita-bahagia/