Life is Beautiful

Aku heran, kenapa hari berlalu begitu cepat ya…,” ujar Santy kepada saya. Saya menoleh kepadanya sambil tersenyum. Benar juga, kata saya dalam hati. Tujuh hari berlalu tanpa terasa. Rasanya baru kema- rin kami tiba di Melbourne, tahu-tahu besok kami sudah akan pulang kembali ke tanah air tercinta.

Apa yang dikatakan istri saya itu sesungguhnya sama sekali bukan fakta tetapi hanya perasaannya saja yang tentunya sangat subjektif. Faktanya 7 hari itu berjalan seperti biasa: 168 jam, tidak lebih panjang, tidak pula lebih pendek. Tetapi ternyata hidup ini bukanlah persoalan fakta, bukan juga soal realitas. Hidup adalah persoalan “merasa”. Dan kebahagiaan sesungguhnya adalah masalah “merasa”. Jadi dalam hidup ini fakta atau realitas sesungguhnya kalah penting dibandingkan dengan perasaan kita. Yang menentukan kebahagiaan kita adalah “perasaan” kita bukan “faktanya”. Jadi, ketika ada orang yang berkata bahwa waktu berjalan begitu cepat, pada saat yang sama pasti ada orang yang sedang mengeluh mengapa waktu berjalan begitu lama.

Orang-orang yang merasa waktu berjalan begitu cepat pastilah orang yang sedang berbahagia, sedang berbunga-bunga, sedang berada di atas. Sementara mereka yang merasa waktu berjalan begitu lama pastilah orang-orang yang sedang mengalami kesu- litan dan penderitaan hidup. Tapi coba kita pikirkan sejenak, apakah kesulitan hidup itu sendiri sebuah “fakta” atau sebuah “perasaan”?

Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah: dua- duanya. Kesulitan hidup adalah sebuah fakta. Tapi kesulitan hidup juga adalah sebuah perasaan. Dan sesungguhnya kesulitan hidup sebagai sebuah “perasaan” jauh lebih menentukan kebahagiaan kita ketimbang “faktanya”. Jadi walaupun faktanya ada- lah kesulitan hidup tetapi ada orang yang “merasa” sedih dan berduka tetapi di lain pihak ada juga orang yang menghadapi “fakta” yang sama tetapi malah “merasa” tertantang dan bersemangat untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

Kunci dari semua ini adalah pikiran. Perasaan kita sangat ditentukan oleh pikiran kita, oleh paradigma kita, oleh bagaimana cara kita melihat dunia.