Dosa Syirik

oleh : Prof. DR. M. Quraish Shihab

Ramadhan 1446 H hari ketigabelas

Dalam QS al Nisa [4] : 48, Allah berfirman. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), tetapi Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Siapa pun yang mempersekutukan Allah sungguh telah berbuat dosa yang sangat besar.

Disisi lain, ditemukan juga ayat yang menyatakan Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az-Zumar [39] : 53)

Dengan memperhatikan kedua ayat tersebut, sementara ulama memahami bahwa ayat al Nisa di atas menginformasikan bahwa dosa syirik tidak diampuni Allah bila dosa tersebut dibawa mati oleh yang bersangkutan. Adapun dosa-dosa lain yang dibawa mati, maka terbuka kemungkinan untuk diampuni bila dikehendaki oleh-Nya dan atas pertimbangan dan kebijaksanaan-Nya

Sedangkan surat Azzumar di atas, membuka pintu tobat seluas-luasnya bagi setiap orang yang berdosa. Sehingga dosa apa pun termasuk dosa syirik dapat diampuni Tuhan, bila yang bersangkutan bertobat dalam masa hidupnya.

Dengan penafsiran demikian, kedua ayat tersebut tidak bertentangan karena yang pertama berbicara tentang orang-orang musyrik yang meninggal dengan membawa dosa syirik, sedangkan yang kedua berbicara tentang pintu pengampunan Ilahi yang terbuka lebar bagi semua hamba-Nya yang hidup dan ingin bertobat dari dosa apapun.

Ada juga ulama yang berpendapat bahwa surat al Nisa yang menafikan pengampunan Allah terhadap yang mempersekutukan-Nya dan pengampunan bagi selain syirik, adalah bahwa dosa syirik tidak akan diampuni Tuhan tanpa tobat dari yang bersangkutan. Sedangkan dosa selainnya dapat diampuni-Nya walaupun tanpa tobat, misalnya bila yang bersangkutan melaksanakan amal-amal shalih.

Dalam konteks ini Nabi Muhammad SAW, pernah berpesan. Bertakwalah kepada Allah di manapun kamu berada, dan lakukanlah kebajikan setelah melakukan dosa, niscaya kebaikan itu akan menghapusnya, dan berakhlak terhadap manusia dengan kahlak yang baik. (HR al Tirmidzi, melalui Abu Dzarr dan Mu’dz bin Jabal)