“Bisa jadi Allah memberimu suatu anugerah kemudian menghalangimu darinya, dan boleh jadi Allah menghalangimu dari suatu anugerah kemudia Ia memberimu anugerah yang lain”. Imam Ibnu Athaillah.
Dalam kehidupan, tidak setiap harapan manusia dapat terwujud. Ada kalanya berhasil, acap kali kegagalan yang didapatkan. Kadang sukses, terkadang kurang beruntung. Pada umumnya manusia akan merasa kecewa apabila keinginannya tidak tercapai. Bagaimana sikap seorang muslim bila cita-citanya tidak dapat diraih.
Imam Ibnu Athailah seakan hendak menyampaikan bahwa, terkadang Allah memberikan sesuatu yang sesuai dengan pikiran manusia. Namun tanpa disadari, bahwa pemberian itu sebenarnya menutupi taufiq dan hidayah untuk semakin dekat kepada-Nya. Apa artinya, bila keinginannya tercapai tapi justru yang didapatkannya mendatangkan madharat.
Sebaliknya, banyak dijumpai pemberian dari Allah justru malah yang bukan idamannya. Ketika harapannya tidak sesuai kenyataan, betapa banyak manusia yang sering menyalahkan takdir, seolah Allah tidak adil. Padahal bila mau menyadari, bahwa semua anugrah yang Allah berikan kepada manusia merupakan kebaikan yang paling hakiki.
Hidayah dan taufiq Allah ibarat makanan yang tersedia didalam ruangan yang gelap. Manusia yang hanya mengandalkan mata kepala tidak akan pernah menyentuh makanan tersebut. Namun, bila yang dipakai adalah mata hati, dari baunya saja sudah dapat menebak, inilah hidangan yang paling cocok buatnya.
Bagaimana cara menyikapi bila hasrat tak tercapai. Seorang muslim tentu harus bersikap sabar yang dinamis. Artinya, setelah semua usaha dilakukan, namun pada akhirnya tidak diperoleh, maka bersabar sambal instropeksi diri. Sikap inilah yang selalu dilakukan oleh Rasulullah manakala akan beraktivitas.
Mencari strategi lain. Ada pepatah yang mengatakan janganlah kamu berangkat berperang hanya bermodalkan strategi tunggal. Persiapkan plan B bila plan A gagal. Atau plan C bila paln B tidak mencapai hasil yang optimum. Jangan mengerjakan sesuatu hanya memakai satu rumus.
Cobalah berkolaborasi dengan kolega. Saling membantu adalah sikap saling memberi. Karena manusia pasti ada kekurangan dan kelemahannya. Dengan berkolaborasi, ada usaha untuk saling menutup lubang.
Qadarullah, wa maa syaa-a fa’ala. Artinya, “Allah telah menakdirkan, dan apa yang Dia kehendaki pasti dilakukan-Nya.”. Tetaplah di jalan Allah. Jangan sekali-kali menyeberang jalan lainnya.